Sabtu, 28 Agustus 2010

Golkar Pilih Siapa?

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bambang Widjojanto dan Busyro Muqoddas, dalam waktu dekat akan segera diuji kelayakan dan kepatutan oleh Komisi III DPR. Tepatnya, setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyetujui dan mengirimkan nama dua calon pilihan Pansel Pimpinan KPK tersebut.
Masing-masing partai yang diwakili fraksinya di DPR akan menentukan pilihan satu di antara dua. Siapa pilihan Partai Golkar?
"Dua-duanya baik. Sehingga milihnya susah, karena dua-duanya sama 'cantik'. Biarlah teman-teman di Fraksi Golkar memutuskan siapa yang terbaik dari yang baik," kata Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical), sebelum acara peringatan Nuzulul Quran di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Sabtu (28/8/2010) malam.
Sebagai pimpinan partai, Ical mengaku tak memberikan arahan khusus bagi fraksinya untuk menentukan pilihan. "Tidak ada arahan. Kita lihat saja nanti dari fit and proper test," ujarnya.

Partai-partai yang tergabung dalam Sekretariat Gabungan (Setgab) Partai Koalisi, lanjut Ical, juga tidak membahas secara khusus mengenai siapa pimpinan KPK yang dijagokan. Kata Ical, "Kita serahkan ke masing-masing farksi untuk memilihnya".

Hatta: Tidak Pas, Lengserkan SBY Sekarang Wacana pemakzulan SBY dilontarkan mantan Wakil Presiden RI di era Soeharto, Try Sutrisno.


Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Radjasa, menolak ide pemakzulan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Wacana ini sebelumnya dilontarkan mantan Wakil Presiden RI di era Soeharto, Jenderal (purn) Try Sutrisno, dan sejumlah purnawirawan jenderal TNI dan Polri.

“Negara ini diatur konstitusi. Ada DPR dan MPR. Jadi jelas, pelengseran semacam itu tidak tepat dalam alam demokrasi kita sekarang,” kata Hatta, di sela acara Pasar Rakyat PAN, Senayan, Jakarta, Sabtu, 28 Agustus 2010.

Menurut Hatta yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, sistem demokrasi di Tanah Air saat ini telah jauh berkembang ke arah yang positif. Untuk itu, Hatta lebih sepakat jika sistem yang sedang berjalan ini tetap dijaga pada koridornya.

Anjuran untuk memakzulkan Presiden SBY disampaikan Try Sutrisno secara langsung kepada Ketua MPR RI, Taufiq Kiemas, di Gedung MPR RI, 25 Agustus lalu. Alasan yang diutarakan Try, kondisi bangsa saat ini menjadi semakin memprihatinkan. (kd)• VIVAnews

Putri Dubes AS Tewas Jatuh dari Lantai 25

Keluarga Duta Besar Amerika Serikat untuk Thailand, Eric John, sedang berduka. Putri John, Nicole, yang masih berusia 17 tahun, jatuh dari lantai 25 sebuah apartemen di Manhattan, Amerika Serikat, Jumat kemarin, 27 Agustus 2010. 

"Tubuhnya jatuh di balkon lantai tiga dengan sebuah kamera di dekatnya. Tidak jelas apakah dia sedang ingin mengambil gambar sesuatu," kata petugas kepolisian setempat, Raymond Kelly.

Menurut polisi, gadis itu melepas sepatu kemudian naik keluar dari balkon dan berjalan merayap di pinggir jendela. Polisi menduga kematian ini disengaja.

Ayah korban, Eric John, diangkat menjadi Duta Besar AS untuk Thailand sejak 2007. Nicole merupakan mahasiswa baru di sebuah sekolah desain di New York.

Polisi mensinyalir korban meminum alkohol sebelum terjatuh. Ilan Nassimi (25), si penyewa apartemen, untuk sementara ditahan dan dikenakan pasal telah memberikan minuman beralkohol kepada anak di bawah umur. Nassimi yang disebut-sebut berprofesi sebagai advokat itu akan menghadapi pengadilan di Manhattan.

Menurut keterangan polisi, korban baru saja berpesta dengan teman-temannya di Tenjune, sebuah klub malam. Pesta itu digelar sebelum mereka kembali ke apartemen Nassimi yang tak jauh dari Empire State Building, pada pukul dua dini hari.

Saat berada di lokasi kejadian, polisi mencurigai kondisi TKP yang sepertinya sudah berubah dari keadaan semula. Polisi menduga apartemen itu sudah dibersihkan sebelum petugas berdatangan.

Korban merupakan lulusan sekolah internasional di Bangkok dan memiliki identitas palsu berkewarganegaraan Brazil. Pada identitas palsu itu disebutkan korban sudah berusia 23 atau 24 tahun. (Associated Press | kd)• VIVAnews

ultrabeatdown: Polisi menangkap Paris Hilton karena kedapatan mem...

ultrabeatdown: Polisi menangkap Paris Hilton karena kedapatan mem...: "Polisi menangkap Paris Hilton karena kedapatan membawa kokain, Jumat tengah malam kemarin. Aparat menangkap aktris yang lengket dengan kontr..."

Bawa Kokain, Paris Hilton Ditahan (Lagi)

Polisi menangkap Paris Hilton karena kedapatan membawa kokain, Jumat tengah malam kemarin. Aparat menangkap aktris yang lengket dengan kontroversi ini setelah menyetop mobilnya di sebuah jalan di Las Vegas, AS. Menurut juru bicara kepolisian Marcus Martin, sosialita ini lalu ditahan di Tahanan Clark County.

Ketika itu Hilton, 29, sedang berada di sebuah mobil yang dikemudikan temannya. Siapa nama temannya tak dijelaskan. 

“Petugas polisi melihat ada asap dari bahan terlarang mengepul dari mobil dan karena itu mereka menghentikannya,” kata Martin.

Dan benar saja. Begitu digeledah, polisi menemukan narkotik dan setelah dites terbukti itu adalah kokain.

Komandan unit patroli polisi, Lt. Wayne Holman mengatakan Paris akan ditahan sampai Sabtu pk. 2 pagi, tapi boleh jadi akan dilepas setelah itu.
 
Sebelumnya, Hilton pernah ditahan di ajang Piala Dunia 2010, setelah pertandingan Brasil-Belanda di Port Elizabeth, Afrika Selatan. Penyebabnya, juga karena kepemilikan mariyuana. Kasus itu kemudian didrop pengadilan.

Pada 2007, bintang film “The Hottie & the Nottie” ini juga mengaku bersalah atas tuduhan menyetir serampangan di bawah pengaruh alkohol. Dia lalu dipenjara 45 hari. (AP) • VIVAnews

Jumat, 27 Agustus 2010

Schumacher Minta Maaf Lewat SMS

Rubens Barrichello menegaskan sudah memaafkan Michael Schumacher menyusul manuver berbahaya di GP Hongaria. Barrichello mengambil keputusan ini setelah Schumacher meminta maaf melalui SMS.

Pada balapan di Hongaria, Schumacher nyaris membuat Barrichello mengalami kecelakaan hebat ketika manuver berbahaya tujuh kali juara dunia F1 itu nyaris membenturkannya ke tembok pit.

Schumacher sudah mengeluarkan permintaan maaf kepada pembalap Williams itu, namun saat ini Barrichello tidak menjawabnya. Dan jelang GP Belgia, akhir pekan ini, Barrichello mengaku sudah menerima minta maaf mantan rekan setimnya di Ferrari itu.

"Saya menerima pesan dari dia hari ini (Kamis), sebuah SMS. Saya hanya mengatakan terima kasih, tidak masalah. Saya menerimanya, dan mengharapkan dia balapan yang bagus akhir pekan ini. Hidup terus berjalan," ujar Barrichello seperti dikutip ESPN, Kamis 26 Agustus 2010.

Schumacher sendiri memberikan penjelasan alasan dirinya mengirim SMS kepada Barrichello bukan hanya untuk minta maaf kepada pembalap asal Brasil itu.

"Ada dua alasan mengapa saya mengirim SMS itu. Salah satu alasannya adalah (GP Belgia) ini adalah GP ke-300 untuknya dan kami melalui banyak sejarah bersama. Kedua adalah untuk menjelaskan bahwa dia merasa saya menekannya ke tembok dan itu bukan ambisi saya," kilah Schumacher.

"Saya ingin balapan ketat dan melakukan kontak. Dan jika dia merasa seperti itu maka saya minta maaf atas kejadian tersebut," tutup pembalap Mercedes GP itu. • VIVAnews

Ledakan Granat di Bangkok, Satu Terluka


Penduduk Bangkok tampaknya masih belum bisa tenang pasca bentrokan antara pemerintah dan demonstran Kaos Merah yang berakhir Mei lalu. Ledakan granat kembali terjadi di ibukota Thailand itu Kamis malam, 26 Agustus 2010. Seorang petugas keamanan dilaporkan terluka parah.

Menurut laporan polisi hari ini, granat dilemparkan ke kawasan pertokoan bebas-bea Thailand, King Power Group, di Soi Rangnam, pada Kamis pukul 11.30 malam. Petugas keamanan yang bertugas menderita luka parah terkena ledakan tersebut.

Menurut laman harian The Nation, berdasarkan hasil penyelidikan di lokasi kejadian, polisi menemukan bahwa granat tersebut berjenis M79. Tempat itu adalah tempat yang sama dimana bom meledak beberapa minggu lalu dan menyebabkan seorang petugas kebersihan luka parah.

Peristiwa ini adalah yang ketiga kalinya sejak bulan lalu di Bangkok. Para pelaku masih belum ada yang tertangkap.
Ledakan tetap saja terjadi kendati undang-undang darurat sipil masih diberlakukan di beberapa tempat di Thailand. Undang-undang darurat sipil ini diberlakukan setelah kekerasan politik terjadi tiga bulan lalu antara tentara keamanan dan demonstran anti pemerintah Kaos Merah, menewaskan 91 orang dari kedua belah pihak.

Dibawah UU ini, petugas keamanan Thailand berhak memberlakukan jam malam, penahanan tanpa surat, sensor media dan menahan tanpa jaminan.

Wakil perdana menteri Thailand yang juga menjabat sebagai penanggung jawab keamanan Thailand, mengatakan minggu lalu bahwa UU darurat masih akan dilakukan. Hal ini didasarkan atas laporan intelijen yang mengatakan bahwa Kaos Merah berencana untuk kembali menggalang kekuatan.
• VIVAnews

Malaysia gerah dengan berita dari Indonesia

Gelombang demonstrasi anti Malaysia yang semakin marak terjadi di Indonesia, menimbulkan pemberitaan media yang beragam. Menteri Luar Negeri Malaysia, Anifah Aman, mengaku merasa gerah dengan pemberitaan media Indonesia yang dinilainya berlebihan.

Anifah menyerukan media massa di Indonesia agar tidak menambah panas situasi dengan membuat pemberitaan yang over-sensasional. Anifah mengatakan bahwa media Indonesia haruslah berpegang pada fakta dalam pemberitaannya.

“Jangan memberikan gambaran tidak akurat di mana warga Indonesia disiksa dan dibunuh disini,” ujarnya seperti dilansir dari laman harian The Star. Anifah juga menyesalkan tidak adanya pemberitaan media mengenai adanya masyarakat di Indonesia yang menentang pembakaran bendera dan pelemparan tinja di depan Kedubes Malaysia di Jakarta awal pekan ini.

“Saya ingin melihatnya, karena dengan begitu saya akan menaruh hormat kepada media di Jakarta,” tegasnya. Protes serupa juga dilayangkan oleh ketua Pemuda Barisan Nasional, Khairy Jamaluddin.

Pada akun twitternya, dia menyalahkan media indonesia yang dinilainya memanas-manasi sentimen anti Malaysia “Anda tidak akan melihatnya disini,” ujarnya.

Dia mendesak pemerintah Malaysia untuk memanggil duta besarnya di Jakarta jika tidak ada jaminan keselamatan bagi kedutaan besar Malaysia di Jakarta. Mereka juga menuntut pemerintah Indonesia untuk menyelidiki kelompok Bendera yang dinilainya sebagai penyulut konflik.• VIVAnews